BAHASA INDONESIA 2
Tugas : Salah Nalar
Kelompok
2 :
Putri
Herita Sari 15110448
Riyana
Anis Budianti 16110083
Vivi
Anggraini 18110402
3KA06
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
1.
Pengertian
Salah Nalar (Fallacy)
Salah
nalar dapat terjadi di dalam proses
berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada
cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan,
struktur kalimat, dan karena dorongan emosi. Pada salah
nalar kita tidak mengikuti tata cara pemikiran dengan tepat. Telaah atas
kesalahan itu membantu kita menemukan logika yang tidak masuk akal dalam
tulisan.
Contoh salah nalar :
Emilia, seorang alumni STIE Serelo
Lahat, dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu, Halimah
seorang alumni STIE Serelo Lahat, tentu dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Salah nalar ada dua
macam
1. Salah
nalar induktif, berupa :
a)
kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
b)
kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
c) kesalahan
analogi.
2. Kesalahan
deduktif dapat disebabkan :
a) kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi,
b) kesalahan karena adanya term keempat,
c) kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi, dan
d) kesalahan
karena adanya 2 premis negatif. Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.
2.
Jenis-jenis
Salah Nalar
a.
Deduksi yang salah
Salah nalar yang amat lazim
ialah simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah atau yang
berpremis yang tidak memenuhi syarat. Misalnya: Pengiriman manusia ke
bulan hanya penghamburan. ( Premisnya: Semua eksperimen ke angkasa
luar hanya penghamburan).
b.
Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini disebut juga induksi
yang salah karena jumlah percontohnya yang terbatas tidak mamadai. Harus
dicatat bahwa kadang-kadang percontoh yang terbatas mengizinkan generalisasi
yang sahih.
Misalnya : Orang Indonesia malas tetapi
ramah. (Orang Indonesia ada yang malas dan ada juga yang
tidak ramah).
c.
Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
Salah nalar ini berpangkal pada
keinginan pada keinginan untuk masalah yang rumit dari dua sudut pandang (yang
bertentangan) saja. Isi pernyataan itu jika tidak baik, tentu buruk; jika tidak
betul, tentu salah: jika tidak putih, tentu hitam. Misalnya : Petani
harus bersekolah supaya terampil.(Apakah untuk menjadi terampil
kita selalu harus bersekolah?).
d.
Salah nilai atas penyebaban
Generalisasi induktif sering disusun
berdasarkan pengamatan sebab dan akibat, tetapi kita kadang-kadang tidak
menilai dengan tepat sebab suatu peristiwa atau hasil kejadian. Khususnya dalam
hal yang menyangkut manusia, penentuan sebab dan akibat sulit sifatnya. Salah
nilai atas penyebab yang lazim terjadi ialah salah nalar yang disebutpost
hoc, ergo propter hoc ‘sesudah itu, maka karena itu’.
Misalnya : Swie King jadi juara karena doa
kita. (Lawan Swie King tentu juga didoakan para pendukungnya).
e.
Analogi yang salah
Analogi adalah usaha perbandingan
dan merupakan upaya yang berguna untuk mengembangkan penalaran. Namun, analogi
tidak membuktikan apa-apa dan analogi yang salah dapat menyesatkan karena
logikanya salah.
Misalnya : Rektor harus memimpin universitas
seperti jenderal memimpin divisi. (Universitas itu bukan tentara
dengan disiplin tentara).
f.
Penyimpangan masalah
Salah nalar di sini terjadi jika
argumentasi tidak mengenai pokok, atau jika kita menukar pokok masalah dengan
pokok yang lain, ataupun jika kita menyeleweng dari garis.
Misalnya : Program Keluarga Berencana tidak
perlu karena tanah di Kalimantan masih kosong (Manusia tidak bisa
hidup dengan hanya memiliki tanah).
g.
Pembenaran masalah lewat pokok
sampingan
Salah nalar di sini muncul jika
argumentasi menggunakan pokok yang tidak langsung berkaitan, atau yang remeh,
untuk membenarkan pendiriannya. Misalnya, orang merasa kesalahannya dapat
dibenarkan karena lawannya juga berbuat salah.
Misalnya : Saya boleh berkorupsi karena orang
lain berkorupsi juga. (Korupsi dihalalkan karena banyaknya korupsi
dimana-mana).
h.
Argumentasi ad hominem
Salah nalar terjadi jika kita dalam
argumentasi melawan orangnya dan bukan persoalannya. Khususnya di bidang
politik, argumentasi jenis ini banyak dipakai.
Misalnya: Ia tidak mungkin pemimpin yang baik
karena kekayaannya berlimpah. (Yang dipersoalkan bukan kepemimpinannya).
i.
Imbauan pada keahlian yang
disangsikan
Dalam pembahasan masalah, orang
sering mengandalkan wibawa kalangan ahli untuk memperkuat argumentasinya.
Mengutip pendapat seorang ahli sangat berguna walaupun kutipan itu tidak dapat
membuktikan secara mutlak kebenaran pokok masalah.
Misalnya : kita mengutip pendapat bintang film tentang
pengembangan demokrasi.
j.
Non Sequitur
Dalam argumentasi, salah nalar ini
mengambil simpulan berdasarkan premis yang tidak, atau hampir tidak, ada
sangkut pautnya.
Misalnya : Partai Rakyat Madani paling banyak
cendekiawannya; karena itu usul-usulnya paling bermutu. (Tidak ada
korelasi antara kecendekiaan dan kepandaian merumuskan usul).
3.
Salah Nalar
dalam Komunikasi
Salah satu
penyampaian komunikasi adalah berita, baik itu dari media elektronik, ataupun
dari media massa. Penyampaian berita yang dsampaikan sering sekali terjadi
kesalahan dalam berpikir, sehingga dapat mengakibatkan kesalahan dalam
penalaran/nalar bagi penerima berita.Kekurang cermatan seseorang atau jurnalis
dalam melihat hubungan logis antara satu fakta dengan fakta lain dalam konteks
hubungan sebab-akibat, dan kekurangcermatan itu kemudian dituangkan dalam teks
berita, bisa menyesatkan “logika” pembaca atau pemirsa. Ketika pembaca atau pemirsa
menganggap teks yang dihasilkan jurnalis itu sebagai sebuah kebenaran, maka
kesesatan logika pun jadi dianggap benar.
Fakta berupa
pernyataan yang mengandung salah nalar atau sesat logika memang bisa saja
berasal dari narasumber. Bisa saja narasumber sengaja untuk kepentingan
tertentu, atau tak sengaja karena sebab tertentu. Namun, bukan berarti jurnalis
bisa begitu saja meloloskannya menjadi fakta dalam teks berita. Bahkan,
pada tahap awal, jurnalis seharusnya langsung mempersoalkan pernyataan
yang salah nalar itu kepada narasumber.
Sebagai
contoh pernyataan salah nalar muncul di dua media cetak, Kedaulatan
Rakyat(24/3/09, hal 24) dan Koran Tempo (25/3/09, hal B3)
:
· Pada Kedaulatan Rakyat,
salah nalar muncul di alinea ke-5 berita berjudul Golput Rugikan Proses
Demokrasi. Berita ini memuat pernyataan dua pimpinan partai politik tentang
golput pada saat keduanya kampanye, yaitu Yusril Ihza Mahendra (Ketua Majelis
Syuro Partai Kebangkitan Bangsa) dan MS Kaban (Ketua Umum Partai Bulan
Bintang).
Alinea ke-5
berita tersebut, yang hanya terdiri atas tiga kalimat (dua kalimat tak langsung
dan satu kalimat langsung berupa kutipan), memuat pernyataan MS Kaban tentang
golput. Alinea selanjutnya berisi topik lain yaitu tentang
panwaslu. Alinea ke-5 ditulis demikian: Hal senada diungkapkan Ketua Umum
PBB, MS Kaban. Menurut Kaban, golput merupakan tindakan orang yang tidak
bertanggungjawab. “Sebab kita saat ini sedang mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI),” ujarnya.
·
Pada Koran Tempo salah
nalar muncul pada berita tentang kelangkaan pupuk. Persoalan salah nalar
mulai di judul hingga di tubuh berita. Judul berita suratkabar ini demikian:Pupuk
Langka karena Petani Belum Ikut Kelompok Tani.
Pada lead (memimpin), salah
nalar di judul dipertegas. Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah Aris
Budiono menyatakan kelangkaan atau kesulitan petani dalam memperoleh pupuk pada
musim tanam kedua tahun ini disebabkan masih banyak petani yang belum masuk
kelompok tani.
4.
Konsep dan simbol dalam
penalaran
Penalaran
juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan
simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa,
sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen. Kesimpulannya adalah
pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan
untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan
penalaran menggunakan simbol berupa argumen.
Argumenlah yang dapat
menentukan kebenaran konklusi dari premis. Berdasarkan paparan di atas jelas
bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling
berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran
tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya
akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis
bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi
sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
5.
Kesimpulan
& Saran
Jadi, maksud dari
penalaran adalah untuk menemukan kebenaran. Dan kebenaran dapat dicapai jika
syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi :
· Suatu penalaran
bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang
memang benar atau sesuatu yang memang salah.
· Dalam penalaran,
pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis
harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal
maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat,
diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti
isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Untuk itu dalam
berkomunikasi kita hendaklah menggunakan kata-kata atau kalimat yang mudah di
mengerti oleh orang lain, sehingga tidak mengalami kesalahan nalar dalam
berkomunikasi.
Saran
Komunikasi yang
baik haruslah didukung dengan kecermatan dalam mengolah kata-kata atau kalimat,
dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kesalahan dalam
penyampaian informasi atau berita dapat terminimalisasikan kesalahan nalar bagi
pembaca atau penerima berita.
6.
Referensi
http://queenchib.blogspot.com/2011/04/penalaran-induktif-dan-salah-nalar.html