SEJARAH KACAMATA
Kacamata
pertama kali ditemukan sekitar 3000 tahun yang lalu oleh bangsa di kota tua
Niniwe, dimana pada waktu itu fungsinya adalah sebagai kaca pembesar. Bahan
yang digunakan juga bukanlah lensa kaca melainkan batu Kristal. Perkembangan
kacamata kemudian baru melesat pada abad XII di Cina dan Eropa. Ketika itu,
Bangsa Yunani kuno menggunakan bola kaca berisi air sebagai kaca pembesar.
Kemudian
pada tahun 1268 Roger Bacon, seorang ilmuan berkebangsaan Inggris,
menemukan kacamata baca. Dan pada tahun 1300-an kacamata mulai diproduksi
dengan pusat pembuatan di Venesia. Tapi kacamata saat itu belum seperti
sekarang. Kualitas lensanya sederhana, dan pemakaiannya juga merepotkan.
Berbagai
macam percobaan dilakukan untuk menemukan cara terbaik dan teraman mengenakan
kacamata. Ada yang memasang lempengan logam panjang yang dipasang mulai dari
batang hidung hingga kebagian tengah kepala lalu turun ke bagian leher. Ada
yang memasang rantai kecil pada kedua sisi kacamata dan diikatkan dibagian
belakang kepala, seperti kacamata renang, ada lagi yang mengaitkan kacamata
pada topi. Ada yang ditempelkan di batang hidung sehingga si pemakainya harus
terus memeganginya. Hingga pada akhirnya pada tahun 1727, tercetuslah ide untuk
memasang tangkai sehingga kacamata dapat dikaitkan di telinga.
Perkembangan
selanjutnya, pada tahun 1784 Benjamin Franklin berhasil menemukan kacamata
bifokus, yang memiliki lensa cembung dan lensa cekung dalam satu bingkai.
Hingga tahun 1884 masih juga dihasilkan lensa bifokus yang dibuat dari
potongan-potongan, meski sudah berperekat. Barulah pada tahun 1908 dan 1910
dikenal lensa cembung cekung yang benar-benar menyatu dalam satu lensa.
JENIS – JENIS KACAMATA
KACAMATA
HITAM
Kacamata
hitam adalah kacamata yang mempunyai
lensa yang gelap (biasanya berwarna hitam). Tujuan pembuatan kacamata ini
adalah untuk melindungi mata dari cahaya silau hingga cahaya ultraviolet (UV). Kacamata hitam digunakan selain untuk melindungi
mata dari cahaya, juga sering digunakan untuk alasan gaya. Kacamata hitam juga
seringkali digunakan oleh para tuna
netra untuk alasan estetika supaya
orang tidak bisa melihat mata mereka.
Kacamata hitam ini pertama kali digunakan pada abad 12 atau
mungkin lebih awal di Cina. Mirip dengan kacamata hitam, suku Inuit juga menggunakan kacamata salju untuk melindungi mata
mereka, walaupun kacamata jenis ini tidak dapat mengkoreksi kelainan yang
dialami oleh mata.
KACAMATA 3D
Kacamata 3D merupakan kacamata yang digunakan untuk menonton film
tiga dimensi di mana kacamata 3D ini merupakan alat bantu vital untuk
mendapatkan sensasi tiga dimensi. Kacamata ini memiliki satu lensa yang
berwarna merah dan satu lensa yang berwarna biru atau cyan.
KACAMATA BACA
Kacamata baca adalah kacamata yang digunakan untuk membantu
mata mencapai penglihatan normalnya ketika membaca. Kacamata jenis ini menjadi
kebutuhan bagi para penderita cacat mata. Contoh kelainan mata yang dapat
diperbaiki dengan kacamata baca adalah
Miopi atau
lazim disebut pula rabun jauh. Ini adalah sebuah kelainan mata di mana mata
tidak mampu melihat benda-benda yang jauh , namun dapat melihat benda yang
dekat akibat kelainan lensa mata orang tersebut yang telah kehilangan gaya
elastisitasnya. Akibatnya cahaya pun tidak tepat jatuh pada retina melainkan
jatuh di depan retina. Kelainan mata ini bisa diatasi dengan bantuan kacamata
berlensa konkaf atau
juga lazim dikenal dengan kacamata minus.
Hipermetropi atau lazim pula disebut rabun dekat.
Ini adalah sebuah kelainan mata di mana mata tidak mampu melihat benda yang
dekat, namun dapat melihat benda yang jauh akibat lensa mata orang tersebut
kehilangan elastisitasnya sehingga cahaya tidak jatuh tepat pada retina melainkan
jatuh di belakang retina. Kelainan mata ini bisa diatasi dengan bantuan lensa konveks atau
sering juga disebut kacamata plus.
Astigmatisma atau akrab pula disebut dengan
istilah silinder, adalah sebuah gangguan pada mata yang membuat si penderita tidak
mampu membedakan garis lurus. Gangguan mata ini disebabkan karena adanya
permukaan yang tidak rata pada bagian mata sehingga ketika cahaya dipantulkan
melalui permukaan yang tidak rata tersebut, maka akan mengirimkan cahaya yang
tidak rata pula pada retina mata.
Untuk mengatasi masalah ini, dapat menggunakan lensa silinder.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar